Kemana Jalan Menuju Roma-mu, Teman?

Bersamaan dengan saya yang baru saja nge-post potingan sebelumnya, entah bagaimana ada chat di Line dari seorang teman yang curhat panjang lebar tentang "kegagalan"-nya move on. Mungkin akan terasa kurang lebih sama antara chat-nya dia dengan postingan sebelum ini (bila anda readers semua paham garis besar atau tema dasar postingan sebelumnya haha karena jujur saya--lupakan saja!)

Iya, MOVE ON.
Yang berusaha melangkah ke depan tanpa menoleh ke belakang itu,
Memang susah sih yaa...
Tapi apa mau dikata kalau sudah "gagal" ??

Nah, yang bener aja...
Waktu sudah nggak kepikiran si doi, sudah hampir berhasil, eh kemarin pas hari besarnya bulan Februari, main ngucapin "Happy Valentine" aja tuh si doi sama temen saya ini. HA HA. Paniklah dirinya. Syok-lah saya (dan seorang teman yang lain) Jelas lah, tindakan macam apa itu?
Sebagai temannya, saya yakin betul bagaimana rasanya itu. Rasanya nggak enak, bener deh. Dibilang si doi masih kepikiran teman saya, nanti dikira geer. Tapi nanti nggak dikasih respon yang seharusnya, dibilang nggak peka.

Wah wah memang dasar yaa, perkara move on ini nggak ada habisnya.
Ending-nya, yang cuma perlu dipikirkan kembali tentang move on ini adalah: alasan.
Iya, alasan apa yang paling mendasarimu untuk move on. Apa kamu sudah yakin itu alasan yang tepat?
Nah, kalau memang belum yakin mau move on dengan alasan itu, lebih baik nggak usah ambil langkah besar untuk melangkah ke depan dulu yaa. Toh, kalaupun kebahagiaanmu sama dia masih di belakang sana, ngapain keburu-buru jalan ke depan? Sendirian pula hahaha.

Ya sudahlah, saya nggak bisa ngomong yang lebih lagi. Takut salah arti. Karena jujur, perkara dia ini memang lebih rumit dari yang pernah saya alami.
Sekian!


P.S. Ketika kamu takut mengambil keputusan apa yang harus kamu jalani, lihat dulu ke dalam diri. Apa maunya hati itu. Kalau buntu? Biarkanlah saja begitu. Tunggu sampai yang Paling Berkuasa mengambil alih dan mulai "bermain" dengan waktu. Ya, waktumu dan waktunya. Apa yang terbaik untuk kalian, di masa yang akan datang. Bersama atau tidak bersama, kita tidak ambil suara. Meski masih bisa berdoa. Tapi ingat, mengambil jalan menuju Roma tidak bisa seenaknya, butuh pikiran yang terbuka dan tekad yang kuat. Apalagi, kalau "Roma"-mu nantinya bukan dia. Jangan sampai kamu mengambil jalan yang berujung sesal sepanjang masa.

Xoxo,
Temanmu yang nggak bisa ngasih saran lebih tapi setidaknya bisa comment sedikit. Muah



(WoR)

Comments

Popular Posts