Terlambat(?)

Dari awal seharusnya aku tahu.
Dari awal seharusnya aku mengerti.
Dari awal seharusnya aku menyadari.

Kini semua (sepertinya) terlambat
Terlalu cepat. Terlalu pesat.

Kata orang, itu sudah biasa.
Bagiku, ini luar biasa.
Kata orang, cobalah nikmati saja.
Bagiku, ini tak semudah begitu saja.

Pernah suatu saat kaki ini mulai melayang-layang. Hati ini menari girang. Senyum ini terus mengembang.
Tapi otak ini tak bisa ikut bergirang. Ia terus berputar. Refleks. Tak bisa kubendung lagi.
Logika, analisa, alasan, semua sudah terurai. Sekarang tinggal bagaimana hati ini mencernanya, menelannya bulat-bulat dan kemudian mulai memerintahkan kaki-kaki ini untuk kembali pada tanah yang semestinya. Kalau kau tak mau terluka, lebih baik jangan pernah mencoba!

Di sisi yang lain, adrenalin tak mau mengalah. Ia terus berulah. Berusaha menggugah.
Ia terus berteriak. Menolak. Tak bisa diredam lagi.
Tantangan, tindakan, alasan, semua sudah terlontar. Sekarang tinggal bagaimana hati ini mencernanya, memberi kesempatan baginya untuk terus menggerakkan kaki-kaki ini pada sebuah tantangan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Kalau kau mau bisa berenang, kau harus tahu bagaiamana rasanya tenggelam!

Hati boleh memutuskan tapi otak yang memerintahkan. Hati boleh memilih tapi adrenalin juga bisa ambil alih.

Sekarang dua pintu itu terpampang. Nyata.
Putuskan! teriak si otak.
Lakukan! jerit si adrenalin.

Sekarang! Sebelum terlambat!
Ataukah sudah terlambat?

(WoR)

Comments

Popular Posts