Stay on The Track
well, boleh dibilang naik ke gradee 12 nggak selamanya semenyenangkan dan semembanggakan apa yang aku pikirkan dan yang sudah tertuang di post sebelumnya. hehe, aku akui itu :D
cepat atau lambat, mau nggak mau, suka nggak suka, aku tetap harus segera memutuskan bagaimana jalannya hidupku di masa depan mulai dari sekarang. Masa yang akan datang, setelah graduate dari Senior High, akan menjadi masa penentuan mau jadi apa aku kelak. Masa yang akan datang disini yang aku maksud adalah dunia perkuliahan! Yep, collage time...
Ini sudah bulan Juli. Pertanda bahwa aku harus segera memikirkan akan kuliah dimana, mengambil jurusan apa, dan mau jadi apa setelah kuliah nanti. Well, its not that easy ya know!
Oke mungkin saat masih kecil akan sangat mudah bagi kita menjawab pertanyaan "Besok besar kamu mau jadi apa?"... Dulu tentu saja jawaban terasa sangat beragam. Aku pun merasa (masih) bebas menjawab. "Aku mau jadi designer." adalah jawaban pertamaku dari petanyaan itu. Di lain waktu aku menjawab "Mau jadi pramugari." lalu nggak berapa lama setelah itu "Aku mau jadi dokter aja deh." dan begitu seterusnya cita-citaku akan berubah seiring dengan banyaknya orang yang bertanya pertanyaan demikian. Jujur saja, waktu menjawab dengan jawaban-jawaban yang berbeda tiap saat, tak ada satupun orang yang merasa aneh. Bahkan aku sendiri pun nggak merasa aneh saat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban-jawaban yang berbeda.
Tapi percayalah, saat pertanyaan itu kembali dipertanyakan padamu saat dirimu sudah benar-benar menjadi seorang senior di SMA, pasti rasanya akan sangat menyulitkan. Aku sendiri butuh waktu bermenit-menit untuk menjawab pertanyaan itu dari seorang guru. Bahkan, kalau benar-benar sudah lelah berpikir, jawaban "Masih belum tahu mau jadi apa" yang akan terlontar dari mulutku.
Banyak orang bilang, kita harus mengikuti kata hati kita. Temukan passion kita dimana.
Nah, dalam kasusku, aku sudah menemukan dimana passionku berada. Tapi anehnya, keadaan nggak semudah dan semulus yang dipikirkan. Bayangkan saja saat passionmu di dunia seni. Tapi kau sendiri juga tahu bahwa banyak orang tua akan menolak mentah-mentah bila kita mengikuti passion kita itu.
Seni? Jangan bercanda, deh! Di banyak film yang ada pun, banyak yang sudah mengangkat kisah seorang anak yang sampai diusir orang tuanya dari rumah karena dia (hanya) ingin menjadi seorang gitaris band. Atau sampai seseorang anak perang mulut dan dikata-katai dengan tak manusiawi oleh orang tuanya saat dia (hanya) mau menggambar di selembar kanvas. Terbukti, kan, bahwa seni memang ditolak oleh kebanyakan orang tua? Well, bukannya orang tuaku menolak anaknya punya passion di bidang seni. Tapi aku juga menyadari kok pemikiran mereka yang mendalam tentang masa depan.
Masalahnya adalah, apakah aku akan tetap "stay on the track" bila mengabaikan kata hati dan passionku?
Aku pernah membayangkan begini: Saat pada awal Tuhan menciptakan seorang manusia, Dia juga menciptakan sebuah "track" dalam sebuah buku kehidupan yang berisi data-data penting manusia tersebut. Misalnya saja manusia itu aku. Tentu saja track itu diciptakanNya dengan sebaik mungkin, dan tidak asal-asalan. Tapi apa yang akan terjadi bila aku menyimpang dari track tersebut? Sebut saja bila jalan di track-ku berbelok ke kanan, eh namun saat aku terjun ke dunia, hidupku malah menuntunku tetap berjalan lurus, yang tentu saja sudah menyalahi alur track-Nya dalam buku kehidupanku, bukan? Lalu apa yang akan terjadi denganku? Atau apa yang akan terjadi pada track-ku di buku kehidupan-Nya? Mana yang akan berubah, track-ku atau aku sebagai pion dalam buku itu?
Akhirnya aku menyadari... Sejauh apapun aku menyimpang dari track, mungkin garis finish yang telah digambar-Nya tak akan pernah berubah. Bahkan track yang telah dibuat-Nya tak akan bergeser satu milimeter pun. Tapi yang akan berubah adalah aku. Saat aku menyimpang, proses yang aku alami pun akan berbeda dari proses yang seharusnya aku dapat selama berada di track yang benar. Mungkin garis finish tetap akan aku raih, tapi selama proses menuju garis itulah yang akan membedakannya. Saat aku menyimpang dari track yang semestinya pun, akan tetap ada harga yang harus kubayar karena telah melewatkan jalur track yang semestinya. Entah aku kehilangan sesuatu, entah aku bertemu sesuatu, yang pasti semua akan mengejutkanku. Ya karena memang aku sudah menyalahi track-ku sendiri. Prosesnya yang akan membedakan bagaimana aku mencapai garis finish itu.
Well, after all, aku tetap masih harus memikirkan dengan matang kemana aku akan melangkah. Mengikuti kata hatiku atau keadaan di sekitarku. Keputusan tetap ada padaku, tentu saja.
But the question is, will i stay on the track?
cepat atau lambat, mau nggak mau, suka nggak suka, aku tetap harus segera memutuskan bagaimana jalannya hidupku di masa depan mulai dari sekarang. Masa yang akan datang, setelah graduate dari Senior High, akan menjadi masa penentuan mau jadi apa aku kelak. Masa yang akan datang disini yang aku maksud adalah dunia perkuliahan! Yep, collage time...
Ini sudah bulan Juli. Pertanda bahwa aku harus segera memikirkan akan kuliah dimana, mengambil jurusan apa, dan mau jadi apa setelah kuliah nanti. Well, its not that easy ya know!
Oke mungkin saat masih kecil akan sangat mudah bagi kita menjawab pertanyaan "Besok besar kamu mau jadi apa?"... Dulu tentu saja jawaban terasa sangat beragam. Aku pun merasa (masih) bebas menjawab. "Aku mau jadi designer." adalah jawaban pertamaku dari petanyaan itu. Di lain waktu aku menjawab "Mau jadi pramugari." lalu nggak berapa lama setelah itu "Aku mau jadi dokter aja deh." dan begitu seterusnya cita-citaku akan berubah seiring dengan banyaknya orang yang bertanya pertanyaan demikian. Jujur saja, waktu menjawab dengan jawaban-jawaban yang berbeda tiap saat, tak ada satupun orang yang merasa aneh. Bahkan aku sendiri pun nggak merasa aneh saat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban-jawaban yang berbeda.
Tapi percayalah, saat pertanyaan itu kembali dipertanyakan padamu saat dirimu sudah benar-benar menjadi seorang senior di SMA, pasti rasanya akan sangat menyulitkan. Aku sendiri butuh waktu bermenit-menit untuk menjawab pertanyaan itu dari seorang guru. Bahkan, kalau benar-benar sudah lelah berpikir, jawaban "Masih belum tahu mau jadi apa" yang akan terlontar dari mulutku.
Banyak orang bilang, kita harus mengikuti kata hati kita. Temukan passion kita dimana.
Nah, dalam kasusku, aku sudah menemukan dimana passionku berada. Tapi anehnya, keadaan nggak semudah dan semulus yang dipikirkan. Bayangkan saja saat passionmu di dunia seni. Tapi kau sendiri juga tahu bahwa banyak orang tua akan menolak mentah-mentah bila kita mengikuti passion kita itu.
Seni? Jangan bercanda, deh! Di banyak film yang ada pun, banyak yang sudah mengangkat kisah seorang anak yang sampai diusir orang tuanya dari rumah karena dia (hanya) ingin menjadi seorang gitaris band. Atau sampai seseorang anak perang mulut dan dikata-katai dengan tak manusiawi oleh orang tuanya saat dia (hanya) mau menggambar di selembar kanvas. Terbukti, kan, bahwa seni memang ditolak oleh kebanyakan orang tua? Well, bukannya orang tuaku menolak anaknya punya passion di bidang seni. Tapi aku juga menyadari kok pemikiran mereka yang mendalam tentang masa depan.
Masalahnya adalah, apakah aku akan tetap "stay on the track" bila mengabaikan kata hati dan passionku?
Aku pernah membayangkan begini: Saat pada awal Tuhan menciptakan seorang manusia, Dia juga menciptakan sebuah "track" dalam sebuah buku kehidupan yang berisi data-data penting manusia tersebut. Misalnya saja manusia itu aku. Tentu saja track itu diciptakanNya dengan sebaik mungkin, dan tidak asal-asalan. Tapi apa yang akan terjadi bila aku menyimpang dari track tersebut? Sebut saja bila jalan di track-ku berbelok ke kanan, eh namun saat aku terjun ke dunia, hidupku malah menuntunku tetap berjalan lurus, yang tentu saja sudah menyalahi alur track-Nya dalam buku kehidupanku, bukan? Lalu apa yang akan terjadi denganku? Atau apa yang akan terjadi pada track-ku di buku kehidupan-Nya? Mana yang akan berubah, track-ku atau aku sebagai pion dalam buku itu?
Akhirnya aku menyadari... Sejauh apapun aku menyimpang dari track, mungkin garis finish yang telah digambar-Nya tak akan pernah berubah. Bahkan track yang telah dibuat-Nya tak akan bergeser satu milimeter pun. Tapi yang akan berubah adalah aku. Saat aku menyimpang, proses yang aku alami pun akan berbeda dari proses yang seharusnya aku dapat selama berada di track yang benar. Mungkin garis finish tetap akan aku raih, tapi selama proses menuju garis itulah yang akan membedakannya. Saat aku menyimpang dari track yang semestinya pun, akan tetap ada harga yang harus kubayar karena telah melewatkan jalur track yang semestinya. Entah aku kehilangan sesuatu, entah aku bertemu sesuatu, yang pasti semua akan mengejutkanku. Ya karena memang aku sudah menyalahi track-ku sendiri. Prosesnya yang akan membedakan bagaimana aku mencapai garis finish itu.
Well, after all, aku tetap masih harus memikirkan dengan matang kemana aku akan melangkah. Mengikuti kata hatiku atau keadaan di sekitarku. Keputusan tetap ada padaku, tentu saja.
But the question is, will i stay on the track?
(WoR)
Comments
Post a Comment