Kata Mereka......
Mereka berkata... Kamu hanyalah sebuah ilusi bagiku.
Tapi, apa mereka pernah tahu bahwa ilusi itu nyata bagi kita?
Mereka berkata... Kamu hanyalah sebuah fase dalam hidupku.
Tapi, apa mereka pernah menikmati sebuah fase yang telah membawa kita ke sebuah perjalanan lain yang lebih menyenangkan?
Mereka berkata... Kamu itu abu-abu untukku.
Tapi, apa mereka pernah melihat bahwa kita hanyalah si hitam dan putih yang saling berfusi?
Mereka berkata... Kamu itu hanya sebuah kesunyian panjang yang menjemukan dalam hari-hariku.
Tapi, apa mereka pernah mendengar bahwa hanya kamu yang tertawa, tersenyum, bernyanyi untukku saat mereka menjauh dariku?
Mereka berkata... Kamu itu sedingin salju, sementara aku sepanas api.
Tapi, apa mereka pernah mencicipi hangatnya kombinasi perapian dan badai salju di akhir bulan Desember?
Mereka berkata... Kamu itu rumit dan susah dimengerti.
Tapi, apa mereka pernah merasakan serunya menemukan jarum dalam tumpukan jerami?
Mereka berkata... Kamu itu gelap dan susah ditebak.
Tapi, apa mereka pernah mengharapkan sebuah bulan di malam hari saat mereka tersesat di hutan?
Mereka berkata... Sudah cukup bagi kita untuk bertahan dan sekarang waktunya bagi kita untuk mengambil langkah mundur sejauh barat dan timur. Karena bagi mereka, kita ini sejauh neptunus dan bumi.
Tapi, apa mereka pernah mencoba memisahkan air dan susu yang sudah tercampur dalam satu gelas? Dan apa mereka pernah berbicara dengan bahasa hati yang punya koneksi tingkat tinggi antara neptunus dan bumi, seperti milik kita ini?
Kamu pun mendengar...
Kamu berkata... Mereka terlalu peduli pada kita.
Kamu berkata... Jarak Neptunus dan Bumi ini? Kenapa tidak, selagi bahasa hati masih saling kita mengerti. Salju dan api? Biarkan saja, selagi api itu bisa menghangatkan tubuh siapa saja di tengah salju bulan Desember.
Kamu berkata... Kita akan baik-baik saja.
Aku setuju. Kamu setuju. Kita setuju.
Mereka tidak setuju?
Aku dan kamu berkata... Biarlah waktu yang berkata.
Tapi, apa mereka pernah tahu bahwa ilusi itu nyata bagi kita?
Mereka berkata... Kamu hanyalah sebuah fase dalam hidupku.
Tapi, apa mereka pernah menikmati sebuah fase yang telah membawa kita ke sebuah perjalanan lain yang lebih menyenangkan?
Mereka berkata... Kamu itu abu-abu untukku.
Tapi, apa mereka pernah melihat bahwa kita hanyalah si hitam dan putih yang saling berfusi?
Mereka berkata... Kamu itu hanya sebuah kesunyian panjang yang menjemukan dalam hari-hariku.
Tapi, apa mereka pernah mendengar bahwa hanya kamu yang tertawa, tersenyum, bernyanyi untukku saat mereka menjauh dariku?
Mereka berkata... Kamu itu sedingin salju, sementara aku sepanas api.
Tapi, apa mereka pernah mencicipi hangatnya kombinasi perapian dan badai salju di akhir bulan Desember?
Mereka berkata... Kamu itu rumit dan susah dimengerti.
Tapi, apa mereka pernah merasakan serunya menemukan jarum dalam tumpukan jerami?
Mereka berkata... Kamu itu gelap dan susah ditebak.
Tapi, apa mereka pernah mengharapkan sebuah bulan di malam hari saat mereka tersesat di hutan?
Mereka berkata... Sudah cukup bagi kita untuk bertahan dan sekarang waktunya bagi kita untuk mengambil langkah mundur sejauh barat dan timur. Karena bagi mereka, kita ini sejauh neptunus dan bumi.
Tapi, apa mereka pernah mencoba memisahkan air dan susu yang sudah tercampur dalam satu gelas? Dan apa mereka pernah berbicara dengan bahasa hati yang punya koneksi tingkat tinggi antara neptunus dan bumi, seperti milik kita ini?
Kamu pun mendengar...
Kamu berkata... Mereka terlalu peduli pada kita.
Kamu berkata... Jarak Neptunus dan Bumi ini? Kenapa tidak, selagi bahasa hati masih saling kita mengerti. Salju dan api? Biarkan saja, selagi api itu bisa menghangatkan tubuh siapa saja di tengah salju bulan Desember.
Kamu berkata... Kita akan baik-baik saja.
Aku setuju. Kamu setuju. Kita setuju.
Mereka tidak setuju?
Aku dan kamu berkata... Biarlah waktu yang berkata.
(WoR)
Comments
Post a Comment